Introspeksi Diri

Mengapa kita tak bisa mempertahankan persahabatan kita? Kenapa kita selalu ditinggalkan oleh sahabat-sahabat kita? Kenapa tak ada seorangpun yang dengan tulus mau berteman dengan kita? Apakah kita harus selalu didustai dan disakiti dalam pertemanan? Haruskah kita selalu sempurna agar memiliki banyak teman?
Introspeksi, adalah jawaban terbaik untuk segala pertanyaan itu. Kita harus berkaca pada diri kita sendiri apa saja yang kita telah perbuat pada sahabat ataupun teman kita yang bisa membuat hubungan kita terpecah seperti itu. Mungkin saja banyak kesalahan kita yang sengaja ataupun tidak menyinggung perasaan mereka, yang semula mungkin ditahan tapi kemudian semuanya berkumpul menjadi satu dan meledak bagai bom sehingga menghancurkan persahabatan kita yang sebenarnya berharap untuk berlangsung selamanya. Tapi jangan pernah merubah diri kita menjadi orang lain yang lebih buruk demi mendapatkan teman yang banyak karena itu berarti bukanlah teman. Teman apalagi sahabat tak akan pernah menjerumuskan kita pada suatu kesalahan dan merubah kita menjadi tak baik lagi.
Kalau memang kita tak pernah merasa berbuat salah pada sahabat kita tapi mereka yang meninggalkan kita tanpa sebab, sebaiknya ikhlaskan saja karena mungkin mereka memang bukanlah teman yang baik untuk kita miliki. Hidup sendiri memang tak enak apalagi kalau kita sudah terbiasa untuk bersama-sama dengan sahabat kita dan saat mereka pergi rasanya hati ini begitu hampa dan terhempas begitu jauh kedalam hutan yang tak berpenghuni, disana kita hanya sendiri meratapi kehidupan ini.
Namun hal yang sering terjadi kini pada remaja dalam budaya masyarakat kita, banyak sekali yang lebih mementingkan sahabat daripada keluarganya. Saat adiknya sakit, tetap saja dia bisa bersenang-senang dengan sahabatnya di mall hanya sekedar nonton bioskop ataupun makan-makan sambil tertawa-tawa, dibandingkan harus menjaga dan menunggu adiknya yang sedang terbaring lemah di rumah sakit. Bahkan disaat sahabat kita tak mau lagi berhubungan dengan kita, mudah saja baginya untuk mengakhiri hidupnya dengan berbagai cara tanpa memikirkan kesedihan yang akan diderita keluarga bila dia pergi dengan cara seperti itu. Mungkin hal itu cukup lumrah bagi orang yang tak diperhatikan dirumahnya alias “broken home” dan merasa lebih diperhatikan oleh sahabatnya, tapi kini begitu banyak hal yang terjadi justru dimana orangtuanya begitu memperhatikannya namun dia sendiri yang selalu menyibukkan diri dengan berbagai hal bersama teman-temannya. Entah siapa yang harus disalahkan dalam hal ini tapi yang pasti seharusnya kita lebih mengutamakan Keluarga dari pada orang lain menskipun itu adalah kekasih, sahabat dan teman kita. Karena mereka mungkin saja pergi meninggalkan kita tapi tak begitu dengan Keluarga.
Jangan sampai kita terjerumusan dalam kesepian tiada akhir hanya karena kehilangan sahabat kita karena kita masih memiliki KELUARGA yang akan selalu setia menemani kita menjalani kehidupan yang getir ini. Mereka tak akan pernah membiarkan kita sendiri dan meninggalkan kita saat kita terpuruk sekalipun, tak ada teman yang menemani dan bahkan disaat semua orang membenci kita. Hanya keluargalah yang selalu mendukung kita untuk selalu optimis dan menghadapi masa depan yang menanti. Maka dari itu selalu berbuat baiklah kepada Keluarga kita karena hanya mereka yang akan selalu ada dan setia mendampingi kita melebihi siapapun.
Dan tetaplah Introspeksi diri, bukan hanya dalam hubungan dengan teman atau sahabat tapi juga dengan Keluarga karena meskipun mereka tak akan meninggalkan kita dan selalu menyayangi kita tapi nantinya kita sendiri yang tak akan enak hati mendapatkan kebaikan dari mereka jika kita tak pernah sekalipun memperhatikan mereka dan tulus menyayangi mereka. Kita akan kagok dan heran ketika menyadari betapa sayangnya mereka kepada kita padahal kita selalu membantah dan memberontak dari mereka dan lebih mementingkan orang lain daripada Keluarga kita.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Arti Senyuman?

Tari Saman

Arti Teman???